Selama ini setiap kali bepergian domestik umumnya seputar Sulawesi maupun ke arah barat, Kalimantan, Jawa dan Sumatra, baru kali ini ke Papua.
Tampilkan postingan dengan label taekwondo. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label taekwondo. Tampilkan semua postingan
Kamis, 07 Oktober 2021
Pelesir sambil tugas PON Papua ;-)
Terpilih menjadi wasit PON Papua setelah melalui seleksi wasit nasional membuat saya berkesempatan mengunjungi pulau besar Indonesia terakhir yang selama ini belum pernah saya datangi.
Kamis, 19 April 2018
Diklat Wasit Daerah 2018
Sudah beberapa kesempatan kami merasa kekurangan wasit untuk setiap event pertandingan yang digelar, sehingga melakukan rotasi wasit sangat sulit, bahkan untuk sekedar mengisi kekosongan wasit yang berhalangan untuk bertugas saja kami repot.
Maka diputuskan untuk melaksanakan Diklat Wasit Daerah yang mana juga merupakan program dari pengurus Taekwondo Sulsel.
Maka diputuskan untuk melaksanakan Diklat Wasit Daerah yang mana juga merupakan program dari pengurus Taekwondo Sulsel.
Sabtu, 13 November 2010
Finally Done (Catatanku : Porda XIV cabor Taekwondo)
Porda XIV Pangkep 2010 cabor Taekwondo telah berakhir beberapa jam yang lalu, dan menyisakan catatan – catatan yang sepertinya sayang untuk dibuang.
Porda kali ini adalah yang ketiga kalinya dalam hidupku, namun kali ini saya tidak ikutan bertanding, melainkan menjadi wasit, selain karena pembatasan usia dari kontestan porda, juga karena tanggung jawab untuk mengoperasikan digital scoring, mulai dari refreshing wasit, technical meeting, sampai pertandingan itu sendiri.
Tim yang amburadul
Praporda di sorowako tim makassar merupakan tim terkuat dengan 5 medali emas, namun selepas praporda tim ini seperti tidak berhenti disinggahi masalah, sampe akhirnya saya harus keluar dari tim, selanjutnya fokus ke tim kejurnas, tidak lama berselang, saya kembali diminta menangani tim, namun tim tidak lagi utuh. Dari 7 atlet yang lolos, yang bisa ikut latihan secara rutin hanya 2 orang, sampai hari “h” atlet yang bisa bertanding 3 orang dari 4 atlet yang dibawa ke porda, satu lagi diskualifikasi karena over weight.
1 Emas 1 Perak
Yak … itulah hasil maksimal yang bisa dipersembahkan tim taekwondo makassar pada porda kali ini, Medali Emas Oleh Muh. Halidin, dan Perak Oleh Erni Bilkhairi.
Wasit Selalu Salah
wasit sepertinya akan selalu menjadi kambing hitam jika seorang atlet kalah, anehnya ketika sang atlet menang biasanya wasit (sepertinya) tidak pernah terlibat. Yah, begitulah resikonya jadi wasit, selalu disoraki, diteriaki, bahkan dihina, namun tidak ada tindakan anarkis dari kontestan, sehingga pertandingan cabor taekwondo porda ke 14 di kabupaten pangkep berjalan damai dan sukses, mengingat pertandingan cabor beladiri yang lain yang ricuh.
Porda kali ini adalah yang ketiga kalinya dalam hidupku, namun kali ini saya tidak ikutan bertanding, melainkan menjadi wasit, selain karena pembatasan usia dari kontestan porda, juga karena tanggung jawab untuk mengoperasikan digital scoring, mulai dari refreshing wasit, technical meeting, sampai pertandingan itu sendiri.
Tim yang amburadul
Praporda di sorowako tim makassar merupakan tim terkuat dengan 5 medali emas, namun selepas praporda tim ini seperti tidak berhenti disinggahi masalah, sampe akhirnya saya harus keluar dari tim, selanjutnya fokus ke tim kejurnas, tidak lama berselang, saya kembali diminta menangani tim, namun tim tidak lagi utuh. Dari 7 atlet yang lolos, yang bisa ikut latihan secara rutin hanya 2 orang, sampai hari “h” atlet yang bisa bertanding 3 orang dari 4 atlet yang dibawa ke porda, satu lagi diskualifikasi karena over weight.
1 Emas 1 Perak
Yak … itulah hasil maksimal yang bisa dipersembahkan tim taekwondo makassar pada porda kali ini, Medali Emas Oleh Muh. Halidin, dan Perak Oleh Erni Bilkhairi.
Wasit Selalu Salah
wasit sepertinya akan selalu menjadi kambing hitam jika seorang atlet kalah, anehnya ketika sang atlet menang biasanya wasit (sepertinya) tidak pernah terlibat. Yah, begitulah resikonya jadi wasit, selalu disoraki, diteriaki, bahkan dihina, namun tidak ada tindakan anarkis dari kontestan, sehingga pertandingan cabor taekwondo porda ke 14 di kabupaten pangkep berjalan damai dan sukses, mengingat pertandingan cabor beladiri yang lain yang ricuh.
Senin, 11 Oktober 2010
Mindahin Scoring System ke Windows 7
Scoring system sudah saya pindahkan ... ke komputernya pengurus TI Sulsel, tepatnya sekretaris, yang juga merangkap sekretaris pengcab Makassar dan kepala perwasitan.
Sebelumnya beliau sempat menanyakan laptop apa yang baik diantara axio dan compaq, saya sarankan saja pilih compaq.
Compaq tersebut (seperti biasa di indonesia) telah terisi dengan software - software yang cukup banyak, entah original ataupun versi pirate. Yang saya pikirkan adalah OSnya, karena sebelum berangkat ke Bogor (waktu itu mo ngambil software scoring), si pembuat software bilang "Komputernya di install xp sp2 ya, jangan vista", saya berfikiran kalau saja ada rutin - rutin program yang memanfaatkan API dari windows xp yang tidak berfungsi di Vista, namun komputer sang sekretaris berOS Windows pitu alias windows 7.
Ada dua alternatif, mencoba menjalankan program scoring tersebut di windows 7, atau menginstall ulangnya dengan windows xp, tapi tentu saja driver sata mesti di injectkan ke installernya.
Saya berfikir langkah pertama yang akan saya coba dulu, langkah kedua adalah plan B, alias nanti kepepet. Saya juga sudah malah mesti install - install program - program yang lain (soalnya yang ada sama saya cuma xp bajakan, software lain tidak ada hahaha).
Malam sebelumnya saya coba googling untuk cari tau program yang dibuat khusus di xp namun bisa dirunning well di windows 7. Saya harapnya program tersebut cukup compatible, namun saya sempat berfikir, sejauh mana sih program ini menggunakan API windows, lagian kalau tidak salah program ini dibuat dengan delphi.
Setelah berhadapan dengan windows 7 saya pun memindahkan programnya (tinggal copy aja, ini yang bikin program biar installer tidak dibuatkan apalagi yang lain - lain hehehe) akhirnya ngetest, programnya jalan ... tapi seperti biasa minta serial number, dan seperti biasa diakalin hahaha, daripada setiap kali install windows minta serial number.
Serial number sudah dilalui, programnya sudah berjalan, selanjutnya adalah menyambungkannya dengan microcontrollernya. Untuk itu butuh driver usb to rs232, dan versi windows 7 juga sudah tersedia, walaupun mesti download dari internet dulu. Sempat shock karena rs232nya tidak terdetek tapi setelah di restart sudah bisa ... hahaha saya lupa kalau windows punya perangai seperti itu.
Microcontrollernya sudah, scoring sudah beres tapi kok tidak ada suaranya ... heh ... padahal waktu masuk windows computernya cukup berisik ... mati mi ja.
Saya mengira pathnya yang tidak betul, saya coba masukkan ke default path windows/system32 tapi tetap tidak bisa ... what's matter. Saya coba buka file soundnya di audio player dan terbuka (walaupun agak kecil, tapi waktu itu saya tidak perhatikan), sampe akhirnya saya mencoba menggunakan sound yang lain, dan bersuara. bweh, masalahnya cuma di file soundnya yang kekecilan. Sialnya ada beberapa file yang seperti itu, waktu mencoba mengganti tadi dapatnya juga yang kecil, hahaha. Akhirnya dengan bantuan audacity soundnya bisa diperbesar, dan bellnya pun berfungsi ...
Aman, scoring system tersebut sudah pindah tempat, komputerku jadi cadangan saja.
Trus masalahnya di vista, akh ... sepertinya sipembuat software sudah malas menganalisa kenapa di vista tidak berfungsi, karena kemungkinan cuma seperti diatas, driver rs232nya tidak tersedia di vista (yang ada di cd, padahal kalau mo nyari di internet pasti dapat) yang kedua soal sound tadi.
Pacce tongngi programmerka ... hahaha
Sebelumnya beliau sempat menanyakan laptop apa yang baik diantara axio dan compaq, saya sarankan saja pilih compaq.
Compaq tersebut (seperti biasa di indonesia) telah terisi dengan software - software yang cukup banyak, entah original ataupun versi pirate. Yang saya pikirkan adalah OSnya, karena sebelum berangkat ke Bogor (waktu itu mo ngambil software scoring), si pembuat software bilang "Komputernya di install xp sp2 ya, jangan vista", saya berfikiran kalau saja ada rutin - rutin program yang memanfaatkan API dari windows xp yang tidak berfungsi di Vista, namun komputer sang sekretaris berOS Windows pitu alias windows 7.
Ada dua alternatif, mencoba menjalankan program scoring tersebut di windows 7, atau menginstall ulangnya dengan windows xp, tapi tentu saja driver sata mesti di injectkan ke installernya.
Saya berfikir langkah pertama yang akan saya coba dulu, langkah kedua adalah plan B, alias nanti kepepet. Saya juga sudah malah mesti install - install program - program yang lain (soalnya yang ada sama saya cuma xp bajakan, software lain tidak ada hahaha).
Malam sebelumnya saya coba googling untuk cari tau program yang dibuat khusus di xp namun bisa dirunning well di windows 7. Saya harapnya program tersebut cukup compatible, namun saya sempat berfikir, sejauh mana sih program ini menggunakan API windows, lagian kalau tidak salah program ini dibuat dengan delphi.
Setelah berhadapan dengan windows 7 saya pun memindahkan programnya (tinggal copy aja, ini yang bikin program biar installer tidak dibuatkan apalagi yang lain - lain hehehe) akhirnya ngetest, programnya jalan ... tapi seperti biasa minta serial number, dan seperti biasa diakalin hahaha, daripada setiap kali install windows minta serial number.
Serial number sudah dilalui, programnya sudah berjalan, selanjutnya adalah menyambungkannya dengan microcontrollernya. Untuk itu butuh driver usb to rs232, dan versi windows 7 juga sudah tersedia, walaupun mesti download dari internet dulu. Sempat shock karena rs232nya tidak terdetek tapi setelah di restart sudah bisa ... hahaha saya lupa kalau windows punya perangai seperti itu.
Microcontrollernya sudah, scoring sudah beres tapi kok tidak ada suaranya ... heh ... padahal waktu masuk windows computernya cukup berisik ... mati mi ja.
Saya mengira pathnya yang tidak betul, saya coba masukkan ke default path windows/system32 tapi tetap tidak bisa ... what's matter. Saya coba buka file soundnya di audio player dan terbuka (walaupun agak kecil, tapi waktu itu saya tidak perhatikan), sampe akhirnya saya mencoba menggunakan sound yang lain, dan bersuara. bweh, masalahnya cuma di file soundnya yang kekecilan. Sialnya ada beberapa file yang seperti itu, waktu mencoba mengganti tadi dapatnya juga yang kecil, hahaha. Akhirnya dengan bantuan audacity soundnya bisa diperbesar, dan bellnya pun berfungsi ...
Aman, scoring system tersebut sudah pindah tempat, komputerku jadi cadangan saja.
Trus masalahnya di vista, akh ... sepertinya sipembuat software sudah malas menganalisa kenapa di vista tidak berfungsi, karena kemungkinan cuma seperti diatas, driver rs232nya tidak tersedia di vista (yang ada di cd, padahal kalau mo nyari di internet pasti dapat) yang kedua soal sound tadi.
Pacce tongngi programmerka ... hahaha
Senin, 21 Juni 2010
Catatan dari Politani CUP II (Bukan tentang Kejuaraan)
Kejuaraan Taekwondo Politani CUP II, dilaksanakan tanggal 19 - 20 Juni 2010, di Auditorium Politani Pangkep. Gedung Baru yang cukup representatif. Seperti biasa saya kebagian ngurusin digital scoring, *sepertinya harus bikin pelatihan buat semua wasit biar bisa ngurusin scoring :D*
Seperti biasa, persiapan yang saya lakukan tentu saja menyiapkan komputer yang akan digunakan nantinya di Kejuaraan. Setelah menyelesaikan masalah Sound Card, akhirnya siap juga komputerku dipake buat scoring, Setelah semuanya komplet dan masih ada waktu saya akhirnya mencoba Virtual Box. Saya mencari paket virtual box di komputerku, kalau tidak salah versi 3.1.2, terinstall dengan sukses, namun tidak bisa bekerja dengan sempurna, dugaan awal versi kernel yang sudah banyak berubah, sehingga modul virtualbox sudah tidak lagi berfungsi sempurna.
Akhirnya download versi terakhir, waktu itu 3.2.0, dan sukses terinstall. Bukan cuma sukses terinstall tapi juga berfungsi baik, windows pun running di virtualbox, problem selanjutnya adalah masalah usb, namun dengan sedikit bantuan dari google, dan linuxquestion.org, masalah itu selesai.
Pada saat kegiatan,semua proses kukerjakan di virtualbox, bahkan menurutku menjalankan windows dengan virtual box, cukup ringan, tidak memakan banyak resource, bahkan lebih enteng dari menjalankan flash. Hahaha
Berarti windows sudah tidak ada alasan lagi nangkring dikomputerku, kecuali via virtualbox.
Seperti biasa, persiapan yang saya lakukan tentu saja menyiapkan komputer yang akan digunakan nantinya di Kejuaraan. Setelah menyelesaikan masalah Sound Card, akhirnya siap juga komputerku dipake buat scoring, Setelah semuanya komplet dan masih ada waktu saya akhirnya mencoba Virtual Box. Saya mencari paket virtual box di komputerku, kalau tidak salah versi 3.1.2, terinstall dengan sukses, namun tidak bisa bekerja dengan sempurna, dugaan awal versi kernel yang sudah banyak berubah, sehingga modul virtualbox sudah tidak lagi berfungsi sempurna.
Akhirnya download versi terakhir, waktu itu 3.2.0, dan sukses terinstall. Bukan cuma sukses terinstall tapi juga berfungsi baik, windows pun running di virtualbox, problem selanjutnya adalah masalah usb, namun dengan sedikit bantuan dari google, dan linuxquestion.org, masalah itu selesai.
Pada saat kegiatan,semua proses kukerjakan di virtualbox, bahkan menurutku menjalankan windows dengan virtual box, cukup ringan, tidak memakan banyak resource, bahkan lebih enteng dari menjalankan flash. Hahaha
Berarti windows sudah tidak ada alasan lagi nangkring dikomputerku, kecuali via virtualbox.
Rabu, 23 Desember 2009
Cerita dibalik Rektor UIN Cup II
Seperti biasa, di setiap kejuaraan Taekwondo di seputaran Makassar maka proses scoring masih di percayakan kepada saya. Di setiap kesempatan saya selalu berusaha untuk "memindahkan" software scoring dari komputerku.
Kali ini pun demikian, harapan saya, jika telah pindah ke komputer lain, ketergantungan kepada saya jadi berkurang, sehingga sesekali bisa juga jadi coach.
Sehari sebelum drawing saya ke Univ 45, seperti cerita Praporda Soroako, saya mencoba menggunakan komputernya Ippank. Setelah semua beres, saya pun memberikan pelatihan kilat pada Ippank seputar penggunaan scoring, sampai proses drawing. Ippank pun berhasil menjalankan tugasnya, walau masih ada sedikit kendala kecil, tapi secara keseluruhan Ippank sukses melakukan proses drawing.
Besoknya, hari H tiba, saya rencana agak telat ke tempat kegiatannya, berhubung juga hujan turun dengan derasnya, bikin saya malas bangun dari tempat tidur. Tapi, telp dari Sabeum Tahir membuyarkan semuanya. Ippank tidak ngerti mengaktifkan proses scoringnya, doh. Alasannya belum diajar kemarin. Padahal cuma klik "start event" ippank.
Saya pun maksa kesana.
Persiapkan semuanya, sampe akhirnya tiba pada masalah sound system, panitia rupanya tidak mengantisipasi hal tersebut. Sound system di cari jalan keluarnya akhirnya dapat mixer yang ternyata ada colokan yang bisa dipake. Pas nyolok, mau ngetes sound kok brooming ... tidak ada suara bel seperti yang biasa. Ada apa gerangan. Setelah proses troubleshooting, akhirnya ketahuan komputernya ippank tidak bisa mengeluarkan sound dari jack audio. Doh, ippank, ikhlas tidak sih dipake komputernya.
Akhirnya pilihan terakhir pake komputerku, tapi karena windowsnya sudah kubuang maka saya mencoba menjalankan programnya pake Virtualbox. Ok, semua berjalan seperti seharurnya, pertandingan pun dimulai. tapi .... kok kenapa seperti ada yang memencet tombol padahal tidak ada yang melakukan proses tersebut, dimonitor juga ditampilkan kalau judge - judge seperti memberikan nilai walau secara random, jangan - jangan sticknya masalah.
Stick ditukar - tukar, tetap saja. Setelah semua stick dicabut masih juga seperti itu, diagnosa awal kemungkinan kabelnya sudah ada yang koslet. Selang beberapa saat ada partai pada pertandingan yang nilainya "lompat" karena proses "seolah - olah ada" pemberian nilai.
Hari pertama selesai, rencana besok mau bawa kabel buat ngetes. Karena kabel yang kemarin belum dibuka saya berinisiatif memasangnya, dan semua normal .... tidak ada lagi proses kedap - kedip di indikator, kalau terjadi pemberian nilai.
Akhirnya peralatan saya sambungkan ke komputer, dan *masalah itu muncul lagi*, saya menduga kalau komputer saya yang menjadi penyebabnya, apa karena virtualbox ya?. Akhirnya minta ippank datang kembali bawa laptopnya, yang kebetulan telah diinstall ulang. Mantap.
Saya pun menginstall dan mengkonfigur komputernya ippank, karena program scoring ini tidak bisa pindah ke komputer lain (biasalah masalah lisensi dari pembuat), saya membutuhkan beberapa utility.
Setelah siap, maka saya pun mencobanya. Entah kenapa secara tidak sengaja saya memasang headset ke colokan audionya, dan bersuara, ah, sialan. Dan yang lebih aneh lagi, tanpa Enpowering Technologipun bisa pake LCD, padahal kemarin - kemarin ndak mau, betul - betul aneh.
Setelah semua siap, akhirnya saya pun menyambungkan peralatan scoring, ke komputernya ippank. Dan tiba - tiba, indikator di peralatan scoring kembali berkedap - kedip seperti kemarin, doh.
Akhirnya saya menduga, ini adalah ulah virus. Saya mencoba membandingkan file asli dari cd program dengan hasil kopian, memang berbeda ukurannya. Bah, gawat kalau begini, akhirnya hari kedua dilanjutkan dengan kondisi masih seperti hari pertama, ada kemungkinan nilai lompat, dan betul saja ada beberpa partai yang nilainya tiba - tiba muncul sendiri.
Hari kedua selesai, saya minta ippank menginstall ulang komputernya, buat besok.
Hari ketiga ippank sudah siap dengan komputer yang bersih, hanya windows didalam, akhirnya saya menggunakan program dari cd, datanya saya pake dari hd. Sampe akhirnya saya harus, menggunakan sebuah utility untuk mengaktifkan program tersebut. Dan kejadian kemarin pun kembali. Damn.
Hari ketiga pun berlalu dengan kondisi yang sama, penyebabnya adalah virus yang selalu mencoba menulis ke usb, mungkin nyari flashdisk, karena peralatan tersebut dihubungkan dengan usb to rs232 converter maka wajar saja jika ada signal yang masuk ke peralatan tersebut, karena ulah virus yang mengakses usb.
Hari ketiga selesai, akhirnya saya pun memeriksa kembali, file - file yang saya pergunakan, setelah itu saya dapati, hampir semua file eksekutable yang saya simpan sudah bertambah besar dari ukuran seharusnya.
So ... selamat virus, kali ini kau berhasil bikin saya susah.
Kali ini pun demikian, harapan saya, jika telah pindah ke komputer lain, ketergantungan kepada saya jadi berkurang, sehingga sesekali bisa juga jadi coach.
Sehari sebelum drawing saya ke Univ 45, seperti cerita Praporda Soroako, saya mencoba menggunakan komputernya Ippank. Setelah semua beres, saya pun memberikan pelatihan kilat pada Ippank seputar penggunaan scoring, sampai proses drawing. Ippank pun berhasil menjalankan tugasnya, walau masih ada sedikit kendala kecil, tapi secara keseluruhan Ippank sukses melakukan proses drawing.
Besoknya, hari H tiba, saya rencana agak telat ke tempat kegiatannya, berhubung juga hujan turun dengan derasnya, bikin saya malas bangun dari tempat tidur. Tapi, telp dari Sabeum Tahir membuyarkan semuanya. Ippank tidak ngerti mengaktifkan proses scoringnya, doh. Alasannya belum diajar kemarin. Padahal cuma klik "start event" ippank.
Saya pun maksa kesana.
Persiapkan semuanya, sampe akhirnya tiba pada masalah sound system, panitia rupanya tidak mengantisipasi hal tersebut. Sound system di cari jalan keluarnya akhirnya dapat mixer yang ternyata ada colokan yang bisa dipake. Pas nyolok, mau ngetes sound kok brooming ... tidak ada suara bel seperti yang biasa. Ada apa gerangan. Setelah proses troubleshooting, akhirnya ketahuan komputernya ippank tidak bisa mengeluarkan sound dari jack audio. Doh, ippank, ikhlas tidak sih dipake komputernya.
Akhirnya pilihan terakhir pake komputerku, tapi karena windowsnya sudah kubuang maka saya mencoba menjalankan programnya pake Virtualbox. Ok, semua berjalan seperti seharurnya, pertandingan pun dimulai. tapi .... kok kenapa seperti ada yang memencet tombol padahal tidak ada yang melakukan proses tersebut, dimonitor juga ditampilkan kalau judge - judge seperti memberikan nilai walau secara random, jangan - jangan sticknya masalah.
Stick ditukar - tukar, tetap saja. Setelah semua stick dicabut masih juga seperti itu, diagnosa awal kemungkinan kabelnya sudah ada yang koslet. Selang beberapa saat ada partai pada pertandingan yang nilainya "lompat" karena proses "seolah - olah ada" pemberian nilai.
Hari pertama selesai, rencana besok mau bawa kabel buat ngetes. Karena kabel yang kemarin belum dibuka saya berinisiatif memasangnya, dan semua normal .... tidak ada lagi proses kedap - kedip di indikator, kalau terjadi pemberian nilai.
Akhirnya peralatan saya sambungkan ke komputer, dan *masalah itu muncul lagi*, saya menduga kalau komputer saya yang menjadi penyebabnya, apa karena virtualbox ya?. Akhirnya minta ippank datang kembali bawa laptopnya, yang kebetulan telah diinstall ulang. Mantap.
Saya pun menginstall dan mengkonfigur komputernya ippank, karena program scoring ini tidak bisa pindah ke komputer lain (biasalah masalah lisensi dari pembuat), saya membutuhkan beberapa utility.
Setelah siap, maka saya pun mencobanya. Entah kenapa secara tidak sengaja saya memasang headset ke colokan audionya, dan bersuara, ah, sialan. Dan yang lebih aneh lagi, tanpa Enpowering Technologipun bisa pake LCD, padahal kemarin - kemarin ndak mau, betul - betul aneh.
Setelah semua siap, akhirnya saya pun menyambungkan peralatan scoring, ke komputernya ippank. Dan tiba - tiba, indikator di peralatan scoring kembali berkedap - kedip seperti kemarin, doh.
Akhirnya saya menduga, ini adalah ulah virus. Saya mencoba membandingkan file asli dari cd program dengan hasil kopian, memang berbeda ukurannya. Bah, gawat kalau begini, akhirnya hari kedua dilanjutkan dengan kondisi masih seperti hari pertama, ada kemungkinan nilai lompat, dan betul saja ada beberpa partai yang nilainya tiba - tiba muncul sendiri.
Hari kedua selesai, saya minta ippank menginstall ulang komputernya, buat besok.
Hari ketiga ippank sudah siap dengan komputer yang bersih, hanya windows didalam, akhirnya saya menggunakan program dari cd, datanya saya pake dari hd. Sampe akhirnya saya harus, menggunakan sebuah utility untuk mengaktifkan program tersebut. Dan kejadian kemarin pun kembali. Damn.
Hari ketiga pun berlalu dengan kondisi yang sama, penyebabnya adalah virus yang selalu mencoba menulis ke usb, mungkin nyari flashdisk, karena peralatan tersebut dihubungkan dengan usb to rs232 converter maka wajar saja jika ada signal yang masuk ke peralatan tersebut, karena ulah virus yang mengakses usb.
Hari ketiga selesai, akhirnya saya pun memeriksa kembali, file - file yang saya pergunakan, setelah itu saya dapati, hampir semua file eksekutable yang saya simpan sudah bertambah besar dari ukuran seharusnya.
So ... selamat virus, kali ini kau berhasil bikin saya susah.
Sabtu, 07 November 2009
Latihan pemecahan di Global Taekwondo

Saya telah lama menjanjikan untuk memberikan pelatihan tentang pemecahan. Namun waktu itu yang datang hanya beberapa anak sehingga saya membatalkannya, Namun kamis (5/11) sepertinya adalah waktu yang tepat, disaat anak - anak lagi banyak. Saya membawa 3 lembar papan yang memang khusus dibuat untuk demonstrasi.
Dibeberapa kesempatan sebelumnya saya juga telah mengajarkan melakukan tendangan dwichagi, Memang untuk tingkatan seperti mereka (masih sabuk kuning), tendangan dwichagi adalah sesuatu yang rumit untuk dilakukan, namun karena mereka juga termasuk mahluk pembosan, terpaksa ngajarin dwichagi padahal belum waktunya.
Karena papan cuma tersedia 3 lembar, sedangkan hari itu sabuk kuning yang datang sebanyak 6 orang, maka pilihan tendangan adalah dwichagi dengan harapan ada yang "meleset" sehingga memberikan kesempatan pada yang lain untuk mencoba, sebelumnya juga telah dilakukan semacam drawing, siapa yang lebih dulu menendang. Setelah semua sepakat maka mereka pun berbaris.
Kesepakatannya adalah, Menendang dengan dwichagi, yang bisa memecahkan papan, maka tidak mendapat kesempatan untuk menendang lagi, bagi yang menendang namun meleset, atau tidak pecah, maka giliran selanjutnya adalah teman mereka yang sesuai urutan yang telah ditentukan sebelumnya.
Akhirnya pemecahan dimulai, urutun penendang adalah : Donny, Aliyah, Vanessa, Didi,Nando dan Owen.
Donny mulai dan pecah dengan dwichagi (anak ini memang lebih dibandingkan yang lain), selanjutnya adalah Aliyah dan meleset, begitu pula Vanessa, Didi dan Nando. Tiba giliran Owen, sepertinya Owen tidak melakukan dwichagi namun hanya memutar badan sehingga sasaran terlihat dan melakukan sentakan, namun karena papan yang digunakan mudah pecah, maka pecahlah papan tersebut, anak - anak yang lain pada protes, "Curang, Sabeum itu bukan dwichagi" kata mereka (Saya bangga mereka telah bisa membedakan mana tendangan yang betul dan tidak), namun karena papan juga sudah hampir abis, maka Tendangan Owen saya sahkan, sebagai hadiahnya saya memberikan papan yang telah pecah.
Papan sisa 1 lembar, antusias anak - anak ini sedang pada puncaknya. Sesuai kesepakatan, Donnya yang berhasil memecahkan papan tidak lagi mendapat giliran, sekarang giliran Aliyah kembali, dan sesuai kesepakatan maka tendangan diganti ke tendangan yang mereka lebih kuasai, saya memilih Deol O Chagi, atau tendangan mencangkul.
Seperti biasa Aliyah setiap kali beraksi selalu tegang dan kelihatan takut, akhirnya Aliyah mengangkat kaki dan mengayun, mengenai sasaran dan "prak", papan pecah, Aliyah kegirangan, yang lain kecewa, papan habis. hahahaha
Giliran setelah Aliyah adalah Vanessa, karena masih sangat penasaran, dia pun meminta untuk hari sabtu saya membawa papan lagi, Saya bilang "Maaf sayang, papannya dibeli sabeum belum punya uang", Didi serta merta mengambil uang dan memberikannya ke Sabeum Nim Chiedo. Hahaha rupanya mereka masih penasaran sekali.
Latihan selesai mereka, mereka pun pulang, Pada yang menjemput Donny memamerkan papan yang telah dipecahkannya, di ujung eskalator, Owen dengan bangga memegang Papannya, Vanessa memandang dengan iri, sementara si Aliyah kemungkinan besar akan memamerkan papannya kepada kakaknya si Aby, yang juga taekwondoin di Global namun kali ini tidak datang karena persiapan buat masuk SMP
Catatan dari Kejuaraan Taekwondo Poltek CUP 2009
Poltek CUP 2009 yang berlangsung 31 Oktober - 1 November 2009 di Gedung Tennis Indoor Kantor Gubernur menyisakan catatan yang menurutku penting, walau sedikit "basi" tapi masih mending daripada tidak ada catatan sama sekali
Awalnya saya berfikiran bahwa kegiatan ini akan sepi dari peserta, karena seminggu sebelumnya diadakan Kejuaraan Taekwondo sekaligus Ajang Prakualifikasi Porda XIV di Soroako. Hingga beberapa hari sebelum hari H, peserta yang terdaftar hanya sekitar 60an atlet.
Hingga pada hari kamis (29/10) saya dihubungi oleh Hamzah, pelatih dari Taekwondo Poltek untuk menghadiri acara technical meeting dan melakukan drawing.
Sesampainya disana, peserta ternyata masih banyak yang "on the way" alias diperjalanan, waktu menunjukkan pukul 16:00. Karena masih banyaknya peserta yang belum terdaftar, karena masih ada dalam perjalanan, saya putuskan untuk melatih dulu di global taekwondo, berhubung pelatih - pelatih yang lain lagi berhalangan semua.
Selesai melatih, saya singgah kembali ke Poltek, Drawing baru bisa dilaksanakan sekitar 19:45. Saya sedikit terkejut karena jumlah peserta yang terdaftar lebih dari 200 atlet.
Setelah proses drawing selesai, saya memeriksa jumlah partai yang dipertandigkan, hari pertama : 73 Partai, Hari kedua : 72 Partai dan hari ketiga : 69 Partai.
Berhubung karena hari pertama adalah hari jumat, maka terjadi "break" dan juga ada Acara pembukaan. Hari pertama pertandingan selesai jam 02:00 Pagi. Tiba di rumah 02:30, dan harus ke lokasi jam 8:00.
Hari kedua kita cuma break Magrib, dan pertandingan selesai sekitar jam 22 malam, Begitupun hari ketiga pertandingan berlangsung seperti yang diharapkan.
Salah satu penyebab lamanya pertandingan karena ditiadakannya lagi Point Gap (selisih 7 angka) dan Point Ceiling (Siapa yang lebih dulu mencapai angka 12). Sehingga setiap partai mesti dihabiskan 3 ronde, kecuali KO. Belum lagi ditambah oleh kontingen Toraja yang selalu saja telat saat hadir pada pemanggilan atlet, (Lain kali kalian akan di diskualifikasi). Yang kedua adalah Video Replay, Video reply ini juga banyak membuang waktu.
Catatan Penting :
1. Jumlah perserta yang banyak harus diantisipasi dengan cara menyediakan dua lapangan atau jumlah hari pertandingan yang ditambah, Jika penambahan jumlah lapangan membutuhkan scoring digital yang menyebabkan biaya yang tidak sedikit maka yang paling masuk akal adalah penambahan hari pertandingan, hal ini juga dimaksudkan untuk memberikan waktu istirahat kepada wasit sehingga bisa memberikan penilaian yang fair, bukan sekedar penilaian karena sudah terlanjur lelah.
2. Persiapan atlet yang akan bertanding harus lebih ketat, minimal 4 - 5 partai sebelumnya atlet yang akan bertanding sudah siap dipinggir lapangan lengkap dengan peralatan tanding, sehingga jika terjadi KO, atau WO, tidak ada waktu terbuang karena menunggu atlet yang sedang "bersiap - siap"
Awalnya saya berfikiran bahwa kegiatan ini akan sepi dari peserta, karena seminggu sebelumnya diadakan Kejuaraan Taekwondo sekaligus Ajang Prakualifikasi Porda XIV di Soroako. Hingga beberapa hari sebelum hari H, peserta yang terdaftar hanya sekitar 60an atlet.
Hingga pada hari kamis (29/10) saya dihubungi oleh Hamzah, pelatih dari Taekwondo Poltek untuk menghadiri acara technical meeting dan melakukan drawing.
Sesampainya disana, peserta ternyata masih banyak yang "on the way" alias diperjalanan, waktu menunjukkan pukul 16:00. Karena masih banyaknya peserta yang belum terdaftar, karena masih ada dalam perjalanan, saya putuskan untuk melatih dulu di global taekwondo, berhubung pelatih - pelatih yang lain lagi berhalangan semua.
Selesai melatih, saya singgah kembali ke Poltek, Drawing baru bisa dilaksanakan sekitar 19:45. Saya sedikit terkejut karena jumlah peserta yang terdaftar lebih dari 200 atlet.
Setelah proses drawing selesai, saya memeriksa jumlah partai yang dipertandigkan, hari pertama : 73 Partai, Hari kedua : 72 Partai dan hari ketiga : 69 Partai.
Berhubung karena hari pertama adalah hari jumat, maka terjadi "break" dan juga ada Acara pembukaan. Hari pertama pertandingan selesai jam 02:00 Pagi. Tiba di rumah 02:30, dan harus ke lokasi jam 8:00.
Hari kedua kita cuma break Magrib, dan pertandingan selesai sekitar jam 22 malam, Begitupun hari ketiga pertandingan berlangsung seperti yang diharapkan.
Salah satu penyebab lamanya pertandingan karena ditiadakannya lagi Point Gap (selisih 7 angka) dan Point Ceiling (Siapa yang lebih dulu mencapai angka 12). Sehingga setiap partai mesti dihabiskan 3 ronde, kecuali KO. Belum lagi ditambah oleh kontingen Toraja yang selalu saja telat saat hadir pada pemanggilan atlet, (Lain kali kalian akan di diskualifikasi). Yang kedua adalah Video Replay, Video reply ini juga banyak membuang waktu.
Catatan Penting :
1. Jumlah perserta yang banyak harus diantisipasi dengan cara menyediakan dua lapangan atau jumlah hari pertandingan yang ditambah, Jika penambahan jumlah lapangan membutuhkan scoring digital yang menyebabkan biaya yang tidak sedikit maka yang paling masuk akal adalah penambahan hari pertandingan, hal ini juga dimaksudkan untuk memberikan waktu istirahat kepada wasit sehingga bisa memberikan penilaian yang fair, bukan sekedar penilaian karena sudah terlanjur lelah.
2. Persiapan atlet yang akan bertanding harus lebih ketat, minimal 4 - 5 partai sebelumnya atlet yang akan bertanding sudah siap dipinggir lapangan lengkap dengan peralatan tanding, sehingga jika terjadi KO, atau WO, tidak ada waktu terbuang karena menunggu atlet yang sedang "bersiap - siap"
Senin, 26 Oktober 2009
Kejuaraan Taekwondo / Pra PORDA XIV 2009 Soroako 2009
Kejuaraan Taekwondo sekaligus Pra Kualifikasi Pekan Olahraga Daerah menjadi alasan keberangkatan ke soroako (sebenarnya soroako atau sorowako sih, soalnya disana juga ada dua versi … googling dulu). Selain karena saya termasuk jajaran pelatih dari tim Makassar (setelah ada pembatasan usia dari atlet makanya cuma bisa jadi pelatih haha), dan juga sebagai operator scoring dari pertandingan.
Akhirnya dapat dari wiki yang betul adalah soroako, berikut potongan dari wikipedia :
Soroako, also spelled Sorowako, is a small mining town in the north-east of South Sulawesi province, in the centre of Sulawesi island in Indonesia. It is known to have the largest open-pit mine in Indonesia owned by PT Inco, a subsidiary of the Canadian based nickel company Vale Inco .
Beberapa hari sebelumnya juga saya sudah mencoba memindahkan program scoring dari laptopku ke laptop seorang rekan dengan harapan dia bisa menjadi operator dan saya hanya sebagai pengawas saja, karena berniat untuk turut serta mengawal atlet yang akan bertanding.
Tapi kendala sekaligus menjadi pertanda bahwa program tersebut masih harus menggunakan laptopku. Pada saat pertama sekali di install, laptop si ifan macet, blue screen setiap kali masuk windows … dem. Windowsnya di install ulang, njrit … soundya tidak bisa keluar, padahal sudah pake drivernya. Akhirnya nyerah. Saya mencoba menginstall windows di laptopku, masalah juga. Ternyata kabel usb ke dvd eksternal sudah setengah mampus. Setelah mengganti kabel (untung ada kabel dari printer) windows pun terinstall di laptopku. Test program scoring dan jalan, semua ok.
Sehari sebelum berangkat ketemu lagi sama ifan, laptopnya sudah kembali bersuara, mencoba install program lagi dan berhasil. Sampe disini harapan sudah besar bisa membawa anak – anak bertanding.
Berangkat hari rabu malam, perjalanan yang lumayan jauh kurang lebih 12 Jam terasa begitu lama. Namun beberapa kilometer sebelum soroako, bus yang ditumpangi ngambek. Akhirnya pindah bus. Tiba di soroako sekitar jam 10:30 yang seharusnya paling lama jam 7 atau 8.
Begitu tiba kami disambut oleh cuaca yang mendung dan sejuk. Akhirnya kami tiba di Old Camp tempat kami nginap, Tempat ini adalah rumah para karyawan PT. INCO, karena beberapa dari karyawan (mungkin) sudah pindah maka rumah tersebut dapat digunakan sebagai penginapan atlet.
Jumat (23 September 2009), cek arena sekaligus mengetes scoring system. Program jalan, konfigurasi semua sudah disesuaikan, namun begitu mencoba menampilkannya ke LCD Screen, laptopnya ifan ngambek, baru saya ingat kalau acer punya ifan mesti diinstallkan Empowering Technology supaya bisa menggunakan LCD. Mencoba mendownload, dan tiba – tiba blue screen, wah rupanya yang membuat blue screen laptopnya ifan adalah modemku (LOL). Maka dengan terpaksa laptopku yang dipake untuk scoring.
Ok, biarlah laptopku jadi scoring, tapi ifan yang kutunjuk jadi operator. Tapi ternyata muncul lagi problem baru, ifan rupanya kurang lihai menggunakan program scoring (walaupun menurutku sangat simpel) dan berakibat bisa membuat atlet, pelatih, penonton jadi ngamuk karena kesalahan score atau pemotongan nilai. Ifan pun ku “pecat” jadi operator, saya terpaksa melakukan penampilan solo untuk operator, karena yang kukader menggantikan saya jadi operator ikut juga bertanding.
Akhirnya saya cuma bisa jadi operator sepanjang pertandingan. Hari pertama pertandingan selesai jam 12 malam, selain karena partainya yang banyak juga karena ada acara pembukaan sehingga baru bisa mulai sekitar jam 12 siang. Hari kedua pertandingan selesai cukup cepat, jam 16:30 sudah rampung, karena memang partai sedikit dan mulai dari jam 8:30 pagi. Kami pun bergegas pulang, karena Bus sudah harus berangkat jam 18:30.
Setelah grusak – grusuk cukup lama akhirnya kami bisa tiba di perawakilan Bus dan balik ke Makassar, Sekedar catatan Team Makassar Keluar sebagai Juara Umum I dengan 5 Emas, 2 Perak dari 9 Klas yang di pertandingankan, sedang seorang atlet tidak bisa ikut bertanding, karena lulus Kowad, dan seorang lagi kalah pada pertandingan pertama (Walaupun kalahnya bersifat non teknis, sehingga tidak lolos ke PORDA, Sorry Ayu, tapi kamu masih bagian dari team kita, dan akan tetap bersama kita ke PORDA 2010 di pangkep), sebagai penghargaan tambahan salah satu atlet Makassar menyabet gelar “Atlet Terbaik” yaitu Andi Khairil, yang turun pada klas Under 63 Kg Putra, Congrats hairil.
Akhirnya dapat dari wiki yang betul adalah soroako, berikut potongan dari wikipedia :
Soroako, also spelled Sorowako, is a small mining town in the north-east of South Sulawesi province, in the centre of Sulawesi island in Indonesia. It is known to have the largest open-pit mine in Indonesia owned by PT Inco, a subsidiary of the Canadian based nickel company Vale Inco .
Beberapa hari sebelumnya juga saya sudah mencoba memindahkan program scoring dari laptopku ke laptop seorang rekan dengan harapan dia bisa menjadi operator dan saya hanya sebagai pengawas saja, karena berniat untuk turut serta mengawal atlet yang akan bertanding.
Tapi kendala sekaligus menjadi pertanda bahwa program tersebut masih harus menggunakan laptopku. Pada saat pertama sekali di install, laptop si ifan macet, blue screen setiap kali masuk windows … dem. Windowsnya di install ulang, njrit … soundya tidak bisa keluar, padahal sudah pake drivernya. Akhirnya nyerah. Saya mencoba menginstall windows di laptopku, masalah juga. Ternyata kabel usb ke dvd eksternal sudah setengah mampus. Setelah mengganti kabel (untung ada kabel dari printer) windows pun terinstall di laptopku. Test program scoring dan jalan, semua ok.
Sehari sebelum berangkat ketemu lagi sama ifan, laptopnya sudah kembali bersuara, mencoba install program lagi dan berhasil. Sampe disini harapan sudah besar bisa membawa anak – anak bertanding.
Berangkat hari rabu malam, perjalanan yang lumayan jauh kurang lebih 12 Jam terasa begitu lama. Namun beberapa kilometer sebelum soroako, bus yang ditumpangi ngambek. Akhirnya pindah bus. Tiba di soroako sekitar jam 10:30 yang seharusnya paling lama jam 7 atau 8.
Begitu tiba kami disambut oleh cuaca yang mendung dan sejuk. Akhirnya kami tiba di Old Camp tempat kami nginap, Tempat ini adalah rumah para karyawan PT. INCO, karena beberapa dari karyawan (mungkin) sudah pindah maka rumah tersebut dapat digunakan sebagai penginapan atlet.
Jumat (23 September 2009), cek arena sekaligus mengetes scoring system. Program jalan, konfigurasi semua sudah disesuaikan, namun begitu mencoba menampilkannya ke LCD Screen, laptopnya ifan ngambek, baru saya ingat kalau acer punya ifan mesti diinstallkan Empowering Technology supaya bisa menggunakan LCD. Mencoba mendownload, dan tiba – tiba blue screen, wah rupanya yang membuat blue screen laptopnya ifan adalah modemku (LOL). Maka dengan terpaksa laptopku yang dipake untuk scoring.
Ok, biarlah laptopku jadi scoring, tapi ifan yang kutunjuk jadi operator. Tapi ternyata muncul lagi problem baru, ifan rupanya kurang lihai menggunakan program scoring (walaupun menurutku sangat simpel) dan berakibat bisa membuat atlet, pelatih, penonton jadi ngamuk karena kesalahan score atau pemotongan nilai. Ifan pun ku “pecat” jadi operator, saya terpaksa melakukan penampilan solo untuk operator, karena yang kukader menggantikan saya jadi operator ikut juga bertanding.
Akhirnya saya cuma bisa jadi operator sepanjang pertandingan. Hari pertama pertandingan selesai jam 12 malam, selain karena partainya yang banyak juga karena ada acara pembukaan sehingga baru bisa mulai sekitar jam 12 siang. Hari kedua pertandingan selesai cukup cepat, jam 16:30 sudah rampung, karena memang partai sedikit dan mulai dari jam 8:30 pagi. Kami pun bergegas pulang, karena Bus sudah harus berangkat jam 18:30.
Setelah grusak – grusuk cukup lama akhirnya kami bisa tiba di perawakilan Bus dan balik ke Makassar, Sekedar catatan Team Makassar Keluar sebagai Juara Umum I dengan 5 Emas, 2 Perak dari 9 Klas yang di pertandingankan, sedang seorang atlet tidak bisa ikut bertanding, karena lulus Kowad, dan seorang lagi kalah pada pertandingan pertama (Walaupun kalahnya bersifat non teknis, sehingga tidak lolos ke PORDA, Sorry Ayu, tapi kamu masih bagian dari team kita, dan akan tetap bersama kita ke PORDA 2010 di pangkep), sebagai penghargaan tambahan salah satu atlet Makassar menyabet gelar “Atlet Terbaik” yaitu Andi Khairil, yang turun pada klas Under 63 Kg Putra, Congrats hairil.
Selasa, 24 Maret 2009
Ujian Sabuk Hitam (DAN) Kukkiwon

Ujian Kenaikan Tingkat Sabuk Hitam (DAN) KUKKIWON kota Makassar dilaksanakan tanggal 22 Maret 2009, sehari sebelumnya juga diadakan pelatihan dan penyeragaman gerakan "Poomse".
Beberapa minggu sebelumnya juga telah diadakan latihan bersama untuk peserta ujian dalam rangka penyeragaman.
Penguji dari Pengurus Besar Taekwondo Indonesia adalah Master V. Yoyok Suryadi, dan Juara Dunia Klas Fly Putry 2003, Juana Wangsa Putri.
Persiapan sangat singkat, namun tetap pelaksanaan Ujian Kenaikan Tingkat Sabuk Hitam (DAN) berjalan dengan baik.

Selasa, 03 Februari 2009
Catatan dari Kachak CUP
Kejuaraan Kachak CUP yang dilaksanakan tanggal 30 - 31 Januari 2009 telah berakhir beberapa hari yang lalu. Ada beberapa catatan menarik menurutku.
1. Pertama kalinya nyusahin Pejabat
Sejak pertama software scoring pertandingan taekwondo di beli dari Taekwondo ITB, software itu nongkrong di laptopku. Itu pula sebabnya masih ada windows dilaptopku walaupun hanya untuk scoring tersebut. Karena software itu ada sama saya maka ketergantungan pertandingan juga sama saya. Bertepatan dengan hari pertandingan tersebut, sebelum upacara pembukaan hujan deras sekali. Saya nunggu hujan tapi tidak reda - reda. Karena beberapa hari sebelumnya HPku rusak maka semakin susahlah saya dihubungi, sementara petinggi yang hadir sudah gelisah ingin melihat pertandingan Taekwondo yang pesertanya banyakan anak - anak. Maka sibuklah mereka mencari, karena saya bosan menunggu dirumah, telp rumah kupake buat internetan, lengkaplah sudah saya hilang dari radar. Akhirnya para pejabat itu tidak bisa menyaksikan pertandingan karena saya :((
2. Tidak ada petugas keamanan
Baru kali ini keamanan bukan jadi masalah dari pertandingan. Kenapa? tempat kejuaraannya adalah Kodim. Ndak perlu pake pengamanan karena selain taekwondoin yang bertanding selebihnya adalah tentara, praktis pertandingan berlangsung aman, tertib dan tanpa intrik seperti "biasanya".
3. Peserta pra junior yang paling banyak
Selama beberapa kejuaraan terakhir ini, boleh dibilang bahwa ini adalah kejuaraan yang paling banyak melibatkan anak - anak , atau istilahnya Pra Junior. Tentu saja pertandingannya lebih seru dari pada senior (menurutku), soalnya pertandingan senior sudah bosan liatnya. Anak - anak ini lebih seru, lebih atraktif, lebih banyak variasinya, belum lagi ditambah nangis kalau kalah atau kesakitan, hahahaha :))
4. Kutukan Blankon
Apa hubungannya Taekwondo dengan Blankon (distro linux), di kalangan pengembang blankon ada istilah "Kutukan Blankon" artinya siapa yang mengusulkan, dia yang kerja. Hubungannya dengan taekwondo kali adalah : Ketua Umum Pengurus Kota Makassar yang datang menyaksikan kejuaraan, sangat antusias, begitu beliau mengatakan, "Sepertinya Pengkot akan membuat kejuaraan pra junior dan junior juga", saya langsung coddo (nyahut) "Setuju", Ketua Pengkot langsung tambah "Kau jadi ketua panitianya", Doh, kutukan blankon ternyata ada juga di taekwondo ... mana beliau mau buat kejuarannya bulan maret, april, mei dan juni ... Pak satu mo dulu kodong.
Karena HP rusak saya tidak bisa mengambil gambar, cuma sempat merekam pertandingan anak - anak itu dengan Handycam, rencananya mo ditransfer dulu, baru gambarnya di capture untuk di upload.
1. Pertama kalinya nyusahin Pejabat
Sejak pertama software scoring pertandingan taekwondo di beli dari Taekwondo ITB, software itu nongkrong di laptopku. Itu pula sebabnya masih ada windows dilaptopku walaupun hanya untuk scoring tersebut. Karena software itu ada sama saya maka ketergantungan pertandingan juga sama saya. Bertepatan dengan hari pertandingan tersebut, sebelum upacara pembukaan hujan deras sekali. Saya nunggu hujan tapi tidak reda - reda. Karena beberapa hari sebelumnya HPku rusak maka semakin susahlah saya dihubungi, sementara petinggi yang hadir sudah gelisah ingin melihat pertandingan Taekwondo yang pesertanya banyakan anak - anak. Maka sibuklah mereka mencari, karena saya bosan menunggu dirumah, telp rumah kupake buat internetan, lengkaplah sudah saya hilang dari radar. Akhirnya para pejabat itu tidak bisa menyaksikan pertandingan karena saya :((
2. Tidak ada petugas keamanan
Baru kali ini keamanan bukan jadi masalah dari pertandingan. Kenapa? tempat kejuaraannya adalah Kodim. Ndak perlu pake pengamanan karena selain taekwondoin yang bertanding selebihnya adalah tentara, praktis pertandingan berlangsung aman, tertib dan tanpa intrik seperti "biasanya".
3. Peserta pra junior yang paling banyak
Selama beberapa kejuaraan terakhir ini, boleh dibilang bahwa ini adalah kejuaraan yang paling banyak melibatkan anak - anak , atau istilahnya Pra Junior. Tentu saja pertandingannya lebih seru dari pada senior (menurutku), soalnya pertandingan senior sudah bosan liatnya. Anak - anak ini lebih seru, lebih atraktif, lebih banyak variasinya, belum lagi ditambah nangis kalau kalah atau kesakitan, hahahaha :))
4. Kutukan Blankon
Apa hubungannya Taekwondo dengan Blankon (distro linux), di kalangan pengembang blankon ada istilah "Kutukan Blankon" artinya siapa yang mengusulkan, dia yang kerja. Hubungannya dengan taekwondo kali adalah : Ketua Umum Pengurus Kota Makassar yang datang menyaksikan kejuaraan, sangat antusias, begitu beliau mengatakan, "Sepertinya Pengkot akan membuat kejuaraan pra junior dan junior juga", saya langsung coddo (nyahut) "Setuju", Ketua Pengkot langsung tambah "Kau jadi ketua panitianya", Doh, kutukan blankon ternyata ada juga di taekwondo ... mana beliau mau buat kejuarannya bulan maret, april, mei dan juni ... Pak satu mo dulu kodong.
Karena HP rusak saya tidak bisa mengambil gambar, cuma sempat merekam pertandingan anak - anak itu dengan Handycam, rencananya mo ditransfer dulu, baru gambarnya di capture untuk di upload.
Senin, 02 Februari 2009
Hari Pertama Melatih Anak - Anak
Sejak di ajak bergabung (seingatku sebelum tahun baru) di Global Taekwondo Club yang waktu itu saya belum tau namanya apa, cuma ingat diajak buat melatih di sebuah (bekas) mall.
Hari ini adalah hari pertama dimulai latihan, saya dapat informasi semalam "kebetulan" pake hp istriku buat internetan karena Hp ku rusak, dan sms dari Ecky masuk.
Hari ini (2 Feb 09) jam 15:30 dimulai latihan perdana. Saya tiba suasana masih sepi,tapi Sabeum Tahier dan Ecky sudah ada disana. Saya tanya "Chiedo mana?" karena Chiedo panggilannya Cici juga turut dalam tim pelatih di Global Taekwondo bersama dengan saya dan Ecky. "Masih Kerja", Sabeum Tahier jawab. "Ooo".
Baliho iklan sudah terpasang beberapa waktu yang lalu, saya sempat juga ditanya-tanyain sama rekan - rekan yang lain apalagi sebelumnya ada kejuaraan Kachak CUP.
Setelah beberapa saat menunggu,akhirnya para Taekwondoin cilik itu pada datang. Latihan pun dimulai. Setelah penghormatan dan berdoa, saya pun mengkadalin Ecky buat membawa pemanasan. Sambil saya mengawasi anak - anak ini dan sesekali membetulkan gerakan pemanasannya. Kadang saya betulin posisi kaki menggunakan kaki juga (taekwondoin gitu loh), karena ditempat lainnya saya ngasih pemanasan sih biasanya lebih sadis main tendang saja hehehehe, tapi kali ini saya cuma sentuh pake kaki saja sekedar membetulkan posisi.
Latihan pun berlanjut ke basic kick, anak - anak itu pada mulai rame, sampe akhirnya tiba waktu buat mereka untuk tendang target. Sepertinya mereka menikmati sekali mungkin selama ini tidak pernah nendang hehehe.
Latihan selesai, Tapi pas mau pulang, ada pemberitahuan dari Sabeum Tahier, Katanya "Karena ini kebanyakan anak mamie, kalau bisa betulin kakinya jangan pake tendang" ... "Hah?", yang menendang siapa, kalau nyentuh pake kaki sudah masuk defenisi menendang bagaimana yang bertanding. lagian ini Taekwondo, dimana tendangan adalah makan sehari - hari. Jadi Taekwondoin berarti siap ditendang dan menendang. Tapi yah, I'm not the boss. Mereka yang bayar kita untuk melatih, mereka juga yang bisa menentukan format dari latihannya, kita sendiri hanya melaksanakan yang diperintahkan. Sepertinya memang slogannya itu ada benarnya, Taekwondo for kid, Sport and Fun.
Kalau begitu modelnya kapan mereka bisa bertanding yah????
Hari ini adalah hari pertama dimulai latihan, saya dapat informasi semalam "kebetulan" pake hp istriku buat internetan karena Hp ku rusak, dan sms dari Ecky masuk.
Hari ini (2 Feb 09) jam 15:30 dimulai latihan perdana. Saya tiba suasana masih sepi,tapi Sabeum Tahier dan Ecky sudah ada disana. Saya tanya "Chiedo mana?" karena Chiedo panggilannya Cici juga turut dalam tim pelatih di Global Taekwondo bersama dengan saya dan Ecky. "Masih Kerja", Sabeum Tahier jawab. "Ooo".
Baliho iklan sudah terpasang beberapa waktu yang lalu, saya sempat juga ditanya-tanyain sama rekan - rekan yang lain apalagi sebelumnya ada kejuaraan Kachak CUP.
Setelah beberapa saat menunggu,akhirnya para Taekwondoin cilik itu pada datang. Latihan pun dimulai. Setelah penghormatan dan berdoa, saya pun mengkadalin Ecky buat membawa pemanasan. Sambil saya mengawasi anak - anak ini dan sesekali membetulkan gerakan pemanasannya. Kadang saya betulin posisi kaki menggunakan kaki juga (taekwondoin gitu loh), karena ditempat lainnya saya ngasih pemanasan sih biasanya lebih sadis main tendang saja hehehehe, tapi kali ini saya cuma sentuh pake kaki saja sekedar membetulkan posisi.
Latihan pun berlanjut ke basic kick, anak - anak itu pada mulai rame, sampe akhirnya tiba waktu buat mereka untuk tendang target. Sepertinya mereka menikmati sekali mungkin selama ini tidak pernah nendang hehehe.
Latihan selesai, Tapi pas mau pulang, ada pemberitahuan dari Sabeum Tahier, Katanya "Karena ini kebanyakan anak mamie, kalau bisa betulin kakinya jangan pake tendang" ... "Hah?", yang menendang siapa, kalau nyentuh pake kaki sudah masuk defenisi menendang bagaimana yang bertanding. lagian ini Taekwondo, dimana tendangan adalah makan sehari - hari. Jadi Taekwondoin berarti siap ditendang dan menendang. Tapi yah, I'm not the boss. Mereka yang bayar kita untuk melatih, mereka juga yang bisa menentukan format dari latihannya, kita sendiri hanya melaksanakan yang diperintahkan. Sepertinya memang slogannya itu ada benarnya, Taekwondo for kid, Sport and Fun.
Kalau begitu modelnya kapan mereka bisa bertanding yah????
Rabu, 05 November 2008
Still Kicking Ass

Kejuaraan Taekwondo Poltek Cup 2008 Open Tournament Se Indonesia Timur selesai tanggal 2 Oktober 2008, tapi besoknya saya harus segera ke UNM, sampainya disana baca email dan diundang ke Unhas siang harinya. Besoknya (Selasa, 4/10/08) dari pagi buat materi kuliah, trus siangnya ketemu sama anak - anak yang mau ke ILC 2008
Saya maen 3 kali, pertama melawan Merauke, trus melawan dari Kaimana, di final melawan dari Sultra. Saya punya kelas seperti kejurnas saja, tidak ada lawan dari satu daerah :(.
Partai pertama sedikit mudah, karena sepertinya lawan masih pemula, ini bisa kelihatan dari seragam taekwondo (dobok) yang digunakan, trus orangnya sudah siap dari sejak pagi padahal partainya nanti sore :D. Begitu juga dengan coachnya yang meminta nimbang ulang pada saat selesai tanding, jelas beliau masih baru dan tidak ngerti kalau di pertandingan taekwondo sehari sebelumnya adalah penimbangan setelah itu tidak ada urusan lagi mau lebih atau kurang :D
Partai kedua sedikit berat, lawannya cukup bagus, sepertinya sudah biasa tanding. Orangnya cepat dan kuat (papua gitu loh). Untung saya bisa mengalahkannya dengan point ceil (lebih dulu mendapatkan nilai 12), dipartai pertama saya menang dengan point gap (selisih 7 angka)
Partai terakhir yang rada berat sekaligus berkasus, lawan dari Sultra, tapi beberapa waktu lalu dia masih "beredar" di makassar, jadi sudah sempat dua kali tanding dan menang. Tapi kali ini dia sangat berbeda dengan pertemuan sebelumnya, cukup menunjukkan peningkatan yang signifikan, baik dari segi teknik maupun speed.
Pertandingan dihentikan karena dia tidak mau melanjutkan pertandingan dan menganggap bahwa wasit memperlakukannya tidak wajar, padahal pada ronde pertama dia dapat nilai dengan menendang tangan, saya tidak permasalahkan, score 0-1, begitu saya jual beli, score menjadi 2-3, dia langsung mencak - mencak mempermasalahkan scoreku yang 2. Lanjut saya menyerang dengan mendorong dia membalas, nilai menjadi 3-4, ngambek lagi dia. Terakhir saya menyerang dengan teknik "nhare chagi" (menendang dengan dua kaki susul - menyusul) muncul nilai 3 - 5, terang saya protes, harusnya nilainya menjadi 4 - 4, karena seranganku masuk dan dia tidak, tapi wasit menetapkan nilai 4 - 5, harusnya saya yang dirugikan dong, tapi malah dia yang ngambek dan walk out, saya pun dinyatakan sebagai pemenangnya.
Setelah semua partai selesai saya pun berbincang - bincang dengan banyak orang, semua membenarkan proses kemenangan yang saya peroleh, bahkan ada yang menyatakan kalau lawan saya itu sudah kalah dan melakukan hal tersebut untuk menghindar dari kekalahan sebenarnya jika pertandingan dilanjutkan. Saya pun berkeyakinan seperti itu, kalau lanjut pun saya yang menang
Rabu, 23 Juli 2008
Gagal Total di PON XVII
Memulai latihan sejak Desember 2007, hingga hari H tapi tidak bisa memberikan hasil yang maksimal, bahkan kalah dari lawan yang pada Pra Kualifikasi PON kukalahkan pada perempat final.
Pra Kualifikasi boleh dikata merupakan hasil terbaik selama saya menjadi atlet, bisa menembus partai Final walau harus puas dengan medali Perak, tapi rupanya itu tidak cukup menjadi modal untuk mempersembahkan medali bagi kontingen PON Sulawesi Selatan pada PON XVII Kaltim.
Secara teori terjadi peningkatan signifikan dari hasil latihan, mulai dari segi fisik sampai teknik dan speed. Sebagai contoh pada test awal Vo2Max saya cuma sampai level 3, namun setelah test kedua naik menjadi level 7. Speed, ada suatu waktu saya bisa menendang sampai 54 tendangan dalam 15 detik.
Secara teori... siap, tapi kenyataanya dilapangan, Gagal.
Kemungkinan penyebab kekalahan :
Tidak pernah ada uji tanding
Harus diakui tidak adanya try out merupakan salah satu penyebab utama kegagalan, jika saja olahraga ini adalah olahraga terukur seperti renang, atletik dll maka latihan tanpa try out mungkin masih bisa memberikan hasil, namun ini adalah Taekwondo, dimana kita berhadapan dengan lawan, bukan hanya faktor teknik, speed, power tapi ada juga faktor X.
Tidak ada sparring partner
Kendala utama untuk uji tanding tidak bisa dipungkiri berhubungan dengan financial, praktis dibutuhkan dana yang cukup besar jika ingin try out. Untuk menyikapi hal tersebut maka sparring partner adalah solusi yang lebih bisa dijangkau, pada persiapan Pra PON, saya masih mempunyai sparring partnet dari kelas-kelas dibawahku seperti Reky yang turun di kelas feather, dan Ilham yang turun di kelas Light. Speed mereka cukup baik dan powernya juga tidak jauh beda dengan saya sehingga setiap kali latih tanding seolah - olah kami bertanding betulan. Namun pada persiapan pon ini mereka tidak lolos praktis, mereka pun tidak pernah lagi muncul di tempat latihan. Saya cuma punya teman latihan sesama atlet yang lolos Kualifikasi yaitu Cici Darmayanti, kelas fin putri, sudah kelasnya jauh dibawah, putri lagi. Latihan sparring tidak pernah maksimal karena begitu keras dikit Cici pasti tumbang, baru pada saat menjelang keberangkatan ada sparring partner namun sepertinya terlambat.
Faktor X
Ada keanehan pada sistem scoring yang digunakan pada PON XVII kali ini, Nilai bisa saja melompat seperti yang saya alami pada saat posisi poin 3-2 kemudian dengan sebuah tendangan kearah badan nilai berubah menjadi 6-2, sejak kapan sasaran badan bernilai 3. Juga tidak bisa terjadi pemberian nilai bersamaan, seperti pada saat lawan menendang dan saya melakukan counter harusnya keluar nilai masing - masing satu tapi begitu liat score hanya lawan yang dapat nilai. Sistem scoring ini berbeda dengan waktu Pra PON dan harus saya akui kalau sistem yang digunakan pada waktu Pra PON lebih baik, hanya karena Sang Technical Deligate juga siempunya alat sehingga terkesan "memaksakan" menggunakan peralatannya. bahkan para wasit juga sebenarnya tidak setuju dengan alat tersebut. Sialnya lagi alat tersebut pada hari pertama pertandingan sudah ada arena yang tidak bisa digunakan karena alatnya bermasalah. Namun sekali lagi karena siempunya alat ngotot, maka alat tersebut yang dipaksakan.
Apa mau dikata semua sudah berakhir, PON tinggal menjadi kenangan pahit yang sepertinya tidak akan bisa lagi ku ulangi karena usia. Kemungkinan bisa ikut PON lagi tapi sebagai pelatih.
Pra Kualifikasi boleh dikata merupakan hasil terbaik selama saya menjadi atlet, bisa menembus partai Final walau harus puas dengan medali Perak, tapi rupanya itu tidak cukup menjadi modal untuk mempersembahkan medali bagi kontingen PON Sulawesi Selatan pada PON XVII Kaltim.
Secara teori terjadi peningkatan signifikan dari hasil latihan, mulai dari segi fisik sampai teknik dan speed. Sebagai contoh pada test awal Vo2Max saya cuma sampai level 3, namun setelah test kedua naik menjadi level 7. Speed, ada suatu waktu saya bisa menendang sampai 54 tendangan dalam 15 detik.
Secara teori... siap, tapi kenyataanya dilapangan, Gagal.
Kemungkinan penyebab kekalahan :
Tidak pernah ada uji tanding
Harus diakui tidak adanya try out merupakan salah satu penyebab utama kegagalan, jika saja olahraga ini adalah olahraga terukur seperti renang, atletik dll maka latihan tanpa try out mungkin masih bisa memberikan hasil, namun ini adalah Taekwondo, dimana kita berhadapan dengan lawan, bukan hanya faktor teknik, speed, power tapi ada juga faktor X.
Tidak ada sparring partner
Kendala utama untuk uji tanding tidak bisa dipungkiri berhubungan dengan financial, praktis dibutuhkan dana yang cukup besar jika ingin try out. Untuk menyikapi hal tersebut maka sparring partner adalah solusi yang lebih bisa dijangkau, pada persiapan Pra PON, saya masih mempunyai sparring partnet dari kelas-kelas dibawahku seperti Reky yang turun di kelas feather, dan Ilham yang turun di kelas Light. Speed mereka cukup baik dan powernya juga tidak jauh beda dengan saya sehingga setiap kali latih tanding seolah - olah kami bertanding betulan. Namun pada persiapan pon ini mereka tidak lolos praktis, mereka pun tidak pernah lagi muncul di tempat latihan. Saya cuma punya teman latihan sesama atlet yang lolos Kualifikasi yaitu Cici Darmayanti, kelas fin putri, sudah kelasnya jauh dibawah, putri lagi. Latihan sparring tidak pernah maksimal karena begitu keras dikit Cici pasti tumbang, baru pada saat menjelang keberangkatan ada sparring partner namun sepertinya terlambat.
Faktor X
Ada keanehan pada sistem scoring yang digunakan pada PON XVII kali ini, Nilai bisa saja melompat seperti yang saya alami pada saat posisi poin 3-2 kemudian dengan sebuah tendangan kearah badan nilai berubah menjadi 6-2, sejak kapan sasaran badan bernilai 3. Juga tidak bisa terjadi pemberian nilai bersamaan, seperti pada saat lawan menendang dan saya melakukan counter harusnya keluar nilai masing - masing satu tapi begitu liat score hanya lawan yang dapat nilai. Sistem scoring ini berbeda dengan waktu Pra PON dan harus saya akui kalau sistem yang digunakan pada waktu Pra PON lebih baik, hanya karena Sang Technical Deligate juga siempunya alat sehingga terkesan "memaksakan" menggunakan peralatannya. bahkan para wasit juga sebenarnya tidak setuju dengan alat tersebut. Sialnya lagi alat tersebut pada hari pertama pertandingan sudah ada arena yang tidak bisa digunakan karena alatnya bermasalah. Namun sekali lagi karena siempunya alat ngotot, maka alat tersebut yang dipaksakan.
Apa mau dikata semua sudah berakhir, PON tinggal menjadi kenangan pahit yang sepertinya tidak akan bisa lagi ku ulangi karena usia. Kemungkinan bisa ikut PON lagi tapi sebagai pelatih.
Sabtu, 26 Januari 2008
Undangan Seleksi Pelatnas
Kamis, 24 Jan 08, Sabeum Nim Charles, Pelatih Kepala Tim Taekwondo PON XVII Kaltim menelepon. "Man, kamu ada undangan seleksi pelatnas, siap - siap yah, seleksinya tanggal 1 - 2 Februari Bulan depan (Feb 08)". Saya tidak tahu perasaan saya saat itu. Ada senang, ada juga cemas, ada juga khawatir.
Saat menerima telepon tersebut saya merasa kondisi fisik sedang payah - payahnya, kondisi yang belum fit benar karena beberapa hari yang lalu kena demam tinggi, belum lagi berat badan yang jauh melebihi berat maksimal dari kelas yang seharusnya saya ikuti hal ini membuat saya cemas.
Selain juga cemas, saya juga khawatir soalnya seleksi pelatnas bukan hal mudah, mereka yang dipanggil bukan orang sembarangan (berarti termasuk saya dong hihihihihi), saya harus siap - siap babak belur apalagi dengan kondisi fisik yang memang lagi payah.
Tapi ada juga rasa senang campur semangat yang muncul, karena kapan lagi bisa melawan orang - orang hebat, bukankah ini menjadi pengalaman yang sangat berharga terlebih lagi ini bisa jadi ajang try out yang berkelas, karena selama ini tim kami kurang latih tanding. Selain itu, karena tempatnya yang sekota dengan tempat pertandingan Kejurnas Junior di Bandung, bisa juga sekalian nonton anak - anak junior bertanding karena seleksi sudah selesai hari sabtu sedangkan junior bertanding hingga minggu.
Kesempatan ini jelas sesuatu yang sangat menguntungkan, selain try out yang notabene adalah sesuatu yang saya perlukan, malahan dapat try out klas tinggi (seleksi kejurnas ces), selain itu juga saya pernah mengutarakan untuk refreshing dengan ikut nonton pertandingan junior.
I Feel, I'm lucky guy :D
Saat menerima telepon tersebut saya merasa kondisi fisik sedang payah - payahnya, kondisi yang belum fit benar karena beberapa hari yang lalu kena demam tinggi, belum lagi berat badan yang jauh melebihi berat maksimal dari kelas yang seharusnya saya ikuti hal ini membuat saya cemas.
Selain juga cemas, saya juga khawatir soalnya seleksi pelatnas bukan hal mudah, mereka yang dipanggil bukan orang sembarangan (berarti termasuk saya dong hihihihihi), saya harus siap - siap babak belur apalagi dengan kondisi fisik yang memang lagi payah.
Tapi ada juga rasa senang campur semangat yang muncul, karena kapan lagi bisa melawan orang - orang hebat, bukankah ini menjadi pengalaman yang sangat berharga terlebih lagi ini bisa jadi ajang try out yang berkelas, karena selama ini tim kami kurang latih tanding. Selain itu, karena tempatnya yang sekota dengan tempat pertandingan Kejurnas Junior di Bandung, bisa juga sekalian nonton anak - anak junior bertanding karena seleksi sudah selesai hari sabtu sedangkan junior bertanding hingga minggu.
Kesempatan ini jelas sesuatu yang sangat menguntungkan, selain try out yang notabene adalah sesuatu yang saya perlukan, malahan dapat try out klas tinggi (seleksi kejurnas ces), selain itu juga saya pernah mengutarakan untuk refreshing dengan ikut nonton pertandingan junior.
I Feel, I'm lucky guy :D
Minggu, 13 Januari 2008
Pegal Abis
Dalam rangka memonitor perkembangan atlet - atlet PON XVII Kaltim, Koni SULSEL melakukan serangkaian test. Yang pertama adalah test kesehatan, yang ke dua test Fisik. Yang pertama dilaksanakan tanggal 8 Januari 08, dan besoknya 9 Januari 08 test fisik, test kesehatan ditempatkan di Kantor Koni Jl. Sultan Hasanuddin, dan test fisik di Fakultas Ilmu Keolahragaan UNM Banta - bantaeng.
Ada yang unik saat test kesehatan, berhubung saya baru sekali berbeda dengan beberapa atlet cabang yang lain yang sudah melakukannya lebih dari sekali. Setelah periksa denyut nadi dan tekanan darah saya pun masuk kedalam sebuah ruangan. Didalam saya berjumpa dengan beberapa atlet yang lain yang sedang menunggu giliran dan seorang lagi sedang diperiksa oleh tim kesehatan.
Saya mencari tempat buat duduk, ruangan lumayan dingin lagian di luar juga lagi hujan, pas menoleh ke atlet yang diperiksa saya melihat sudah ditelanjangi, rupanya biar "Kantung Menyan" juga tidak luput dari pemeriksaan. Sambala!
Esoknya test fisik, seperti yang sudah saya duga, kondisinya tidak jauh beda dengan test pada persiapan PON XVI lalu. Saya mulai melakukan test antara lain :
Kelenturan, Medicine Ball, Vertical Jump, Whole Body Reaction, Lenght Dinamometer, Back Dinamometer, Side Stepping, Sit Up, Back Shift Up, Scotch jump. Yang terakhir VO2Max. Sewaktu selesai scotch jump saya sudah lemas sekali. Tapi begitu disuruh melakukan VO2Max (lari dengan irama) saya sudah khawatir soalnya saya paling lemas kalau yang ini, akhirnya cuma bisa sampai level 3.2 :D
Malamnya saya tidak latihan rutin, kecapean. Pas hari jumat (11/01/08) saya pun datang ke Koni untuk latihan rutin, rupanya semalam sebelumnya hasil penilaian sudah diumumkan dan pelatih saya sudah di konfirmasi bahwa nilai test saya itu kurang. Nilai yang diharapkan Koni adalah 7 sedangkan saya cuma bisa 6 point sekian, dan karena khawatir akan kondisi fisik kami, maka pelatih pun memberikan latihan fisik, padahal pegal karena scotch jump belum juga hilang.
Besok paginya (12/01/08) saya masih harus melakukan "Condition Training" alias latihan beban. Terpengaruh ingin meningkatkan hasil test, beban pun saya tambah. Hasilnya pegal juga tambah. Siangnya saya dua kali mengalami kram pada paha, saya pun berfikir "wah, gawat juga kalau pas tengah malam kramnya datang", untung saja tidak terjadi.
Pegal - pegal yang saya rasakan sepertinya ini yang paling parah selama saya menjalani latihan. But Show Must Go On. Besok harus latihan lagi. :((
Ada yang unik saat test kesehatan, berhubung saya baru sekali berbeda dengan beberapa atlet cabang yang lain yang sudah melakukannya lebih dari sekali. Setelah periksa denyut nadi dan tekanan darah saya pun masuk kedalam sebuah ruangan. Didalam saya berjumpa dengan beberapa atlet yang lain yang sedang menunggu giliran dan seorang lagi sedang diperiksa oleh tim kesehatan.
Saya mencari tempat buat duduk, ruangan lumayan dingin lagian di luar juga lagi hujan, pas menoleh ke atlet yang diperiksa saya melihat sudah ditelanjangi, rupanya biar "Kantung Menyan" juga tidak luput dari pemeriksaan. Sambala!
Esoknya test fisik, seperti yang sudah saya duga, kondisinya tidak jauh beda dengan test pada persiapan PON XVI lalu. Saya mulai melakukan test antara lain :
Kelenturan, Medicine Ball, Vertical Jump, Whole Body Reaction, Lenght Dinamometer, Back Dinamometer, Side Stepping, Sit Up, Back Shift Up, Scotch jump. Yang terakhir VO2Max. Sewaktu selesai scotch jump saya sudah lemas sekali. Tapi begitu disuruh melakukan VO2Max (lari dengan irama) saya sudah khawatir soalnya saya paling lemas kalau yang ini, akhirnya cuma bisa sampai level 3.2 :D
Malamnya saya tidak latihan rutin, kecapean. Pas hari jumat (11/01/08) saya pun datang ke Koni untuk latihan rutin, rupanya semalam sebelumnya hasil penilaian sudah diumumkan dan pelatih saya sudah di konfirmasi bahwa nilai test saya itu kurang. Nilai yang diharapkan Koni adalah 7 sedangkan saya cuma bisa 6 point sekian, dan karena khawatir akan kondisi fisik kami, maka pelatih pun memberikan latihan fisik, padahal pegal karena scotch jump belum juga hilang.
Besok paginya (12/01/08) saya masih harus melakukan "Condition Training" alias latihan beban. Terpengaruh ingin meningkatkan hasil test, beban pun saya tambah. Hasilnya pegal juga tambah. Siangnya saya dua kali mengalami kram pada paha, saya pun berfikir "wah, gawat juga kalau pas tengah malam kramnya datang", untung saja tidak terjadi.
Pegal - pegal yang saya rasakan sepertinya ini yang paling parah selama saya menjalani latihan. But Show Must Go On. Besok harus latihan lagi. :((
Sabtu, 12 Januari 2008
Kenang - kenangan dari Ambassador Cup 2

Berhubung karena waktu penerimaan medali di Kejurnas tidak bawa sesuatu yang bisa mengabadikan (kamera/HP) maka hampir saja kenang-kenangan dari Ambassador Cup 2 itu cuma berupa medali perak yang ada di lemari, untungnya ada seorang teman yang sempat mengambil gambar sewaktu saya berada di podium, dan sempat mentransfernya ke HP teman (Reky) tapi baru semalam sempat diambil, jadi tinggal beberapa bulan diHPnya Reky untung tidak dihapus :D
Ceritanya sudah saya posting disini :
http://arman.blogsome.com/2007/09/12/medal-at-last/

Saya yang paling kiri, lagi siap - siap tunggu pengalungan medali, yang seorang lagi (medali perunggu) tidak sempat ikut pengalungan medali karena lagi asyik ngopi

Prosesi Pengalungan medali

Gaya dengan medali
Langganan:
Postingan (Atom)