Sabtu, 07 November 2009

Latihan pemecahan di Global Taekwondo


Saya telah lama menjanjikan untuk memberikan pelatihan tentang pemecahan. Namun waktu itu yang datang hanya beberapa anak sehingga saya membatalkannya, Namun kamis (5/11) sepertinya adalah waktu yang tepat, disaat anak - anak lagi banyak. Saya membawa 3 lembar papan yang memang khusus dibuat untuk demonstrasi.

Dibeberapa kesempatan sebelumnya saya juga telah mengajarkan melakukan tendangan dwichagi, Memang untuk tingkatan seperti mereka (masih sabuk kuning), tendangan dwichagi adalah sesuatu yang rumit untuk dilakukan, namun karena mereka juga termasuk mahluk pembosan, terpaksa ngajarin dwichagi padahal belum waktunya.

Karena papan cuma tersedia 3 lembar, sedangkan hari itu sabuk kuning yang datang sebanyak 6 orang, maka pilihan tendangan adalah dwichagi dengan harapan ada yang "meleset" sehingga memberikan kesempatan pada yang lain untuk mencoba, sebelumnya juga telah dilakukan semacam drawing, siapa yang lebih dulu menendang. Setelah semua sepakat maka mereka pun berbaris.

Kesepakatannya adalah, Menendang dengan dwichagi, yang bisa memecahkan papan, maka tidak mendapat kesempatan untuk menendang lagi, bagi yang menendang namun meleset, atau tidak pecah, maka giliran selanjutnya adalah teman mereka yang sesuai urutan yang telah ditentukan sebelumnya.

Akhirnya pemecahan dimulai, urutun penendang adalah : Donny, Aliyah, Vanessa, Didi,Nando dan Owen.

Donny mulai dan pecah dengan dwichagi (anak ini memang lebih dibandingkan yang lain), selanjutnya adalah Aliyah dan meleset, begitu pula Vanessa, Didi dan Nando. Tiba giliran Owen, sepertinya Owen tidak melakukan dwichagi namun hanya memutar badan sehingga sasaran terlihat dan melakukan sentakan, namun karena papan yang digunakan mudah pecah, maka pecahlah papan tersebut, anak - anak yang lain pada protes, "Curang, Sabeum itu bukan dwichagi" kata mereka (Saya bangga mereka telah bisa membedakan mana tendangan yang betul dan tidak), namun karena papan juga sudah hampir abis, maka Tendangan Owen saya sahkan, sebagai hadiahnya saya memberikan papan yang telah pecah.

Papan sisa 1 lembar, antusias anak - anak ini sedang pada puncaknya. Sesuai kesepakatan, Donnya yang berhasil memecahkan papan tidak lagi mendapat giliran, sekarang giliran Aliyah kembali, dan sesuai kesepakatan maka tendangan diganti ke tendangan yang mereka lebih kuasai, saya memilih Deol O Chagi, atau tendangan mencangkul.

Seperti biasa Aliyah setiap kali beraksi selalu tegang dan kelihatan takut, akhirnya Aliyah mengangkat kaki dan mengayun, mengenai sasaran dan "prak", papan pecah, Aliyah kegirangan, yang lain kecewa, papan habis. hahahaha

Giliran setelah Aliyah adalah Vanessa, karena masih sangat penasaran, dia pun meminta untuk hari sabtu saya membawa papan lagi, Saya bilang "Maaf sayang, papannya dibeli sabeum belum punya uang", Didi serta merta mengambil uang dan memberikannya ke Sabeum Nim Chiedo. Hahaha rupanya mereka masih penasaran sekali.

Latihan selesai mereka, mereka pun pulang, Pada yang menjemput Donny memamerkan papan yang telah dipecahkannya, di ujung eskalator, Owen dengan bangga memegang Papannya, Vanessa memandang dengan iri, sementara si Aliyah kemungkinan besar akan memamerkan papannya kepada kakaknya si Aby, yang juga taekwondoin di Global namun kali ini tidak datang karena persiapan buat masuk SMP

Mindahin harddisk server

Beberapa hari yang lalu saya mendapat panggilan untuk mensetup gateway server menggunakan 3 line speedy, sebelumnya hanya dua line. Sebenarnya pada pc router/gateway tersedia 4 NIC, 1 untuk local 3 untuk line speedy, namun karena salah satu nic tidak berfungsi (mungkin karena sharing irq) maka hanya dapat digunakan 2 saja. Setelah yang empunya membeli lagi sebuah Mobo dengan 3 slot PCI saya diminta untuk mencoba dan mengkonfigur 3 line speedy untuk gateway

Dipikiran saya, "cukup dengan memindahkan hardisk, masalah selesai", Saya tidak perlu install ulang, konfigur lagi, proxy, masquerading, billing hotspot, loadbalancing, dll.

Akhirnya tiba waktunya untuk memindahkan harddisk. Begitu booting, setelah masuk ke slackwarenya komputer tiba - tiba mati .... DOH.

Dugaan pertama "ACPI" di bios, namun karena tidak opsi acpi di bios maka dicoba lagi boot. Hasilnya tetap sama.

Begitu mencoba masuk ke sistem tanpa meload yang lain - lain (init 1) akhirnya komputer bisa digunakan, untuk beberapa lama dan tidak mati - mati. Akhirnya dugaan masalah dipindahkan ke acpi pada server. rc.acpid di chmod -x alias tidak diaktifkan.

Hasilnya adalah ... tetap, mati lagi.

Booting lagi ke init 1, akhirnya mencoba mengaktifkan semua script yang ada di /etc/rc.d , pas mengaktifkan rc.udev, akhirnya muncul sebuah pesan bahwa temperatur maksimal tercapai dan power_off.

Rupanya udev, mendeteksi sebuah nilai temperatur maksimal, sehingga mematikan pc, akhirnya karena kondisi kipas processor masih aman - aman saja, power management di bios dimatikan, dan pc gateway/router tersebut berfungsi normal. Lengkap dengan 3 nic yang akan digunakan untuk line speedy, dan sebuah onboard nic yang digunakan untuk lokal.

Catatan dari Kejuaraan Taekwondo Poltek CUP 2009

Poltek CUP 2009 yang berlangsung 31 Oktober - 1 November 2009 di Gedung Tennis Indoor Kantor Gubernur menyisakan catatan yang menurutku penting, walau sedikit "basi" tapi masih mending daripada tidak ada catatan sama sekali

Awalnya saya berfikiran bahwa kegiatan ini akan sepi dari peserta, karena seminggu sebelumnya diadakan Kejuaraan Taekwondo sekaligus Ajang Prakualifikasi Porda XIV di Soroako. Hingga beberapa hari sebelum hari H, peserta yang terdaftar hanya sekitar 60an atlet.

Hingga pada hari kamis (29/10) saya dihubungi oleh Hamzah, pelatih dari Taekwondo Poltek untuk menghadiri acara technical meeting dan melakukan drawing.

Sesampainya disana, peserta ternyata masih banyak yang "on the way" alias diperjalanan, waktu menunjukkan pukul 16:00. Karena masih banyaknya peserta yang belum terdaftar, karena masih ada dalam perjalanan, saya putuskan untuk melatih dulu di global taekwondo, berhubung pelatih - pelatih yang lain lagi berhalangan semua.

Selesai melatih, saya singgah kembali ke Poltek, Drawing baru bisa dilaksanakan sekitar 19:45. Saya sedikit terkejut karena jumlah peserta yang terdaftar lebih dari 200 atlet.

Setelah proses drawing selesai, saya memeriksa jumlah partai yang dipertandigkan, hari pertama : 73 Partai, Hari kedua : 72 Partai dan hari ketiga : 69 Partai.

Berhubung karena hari pertama adalah hari jumat, maka terjadi "break" dan juga ada Acara pembukaan. Hari pertama pertandingan selesai jam 02:00 Pagi. Tiba di rumah 02:30, dan harus ke lokasi jam 8:00.

Hari kedua kita cuma break Magrib, dan pertandingan selesai sekitar jam 22 malam, Begitupun hari ketiga pertandingan berlangsung seperti yang diharapkan.

Salah satu penyebab lamanya pertandingan karena ditiadakannya lagi Point Gap (selisih 7 angka) dan Point Ceiling (Siapa yang lebih dulu mencapai angka 12). Sehingga setiap partai mesti dihabiskan 3 ronde, kecuali KO. Belum lagi ditambah oleh kontingen Toraja yang selalu saja telat saat hadir pada pemanggilan atlet, (Lain kali kalian akan di diskualifikasi). Yang kedua adalah Video Replay, Video reply ini juga banyak membuang waktu.

Catatan Penting :
1. Jumlah perserta yang banyak harus diantisipasi dengan cara menyediakan dua lapangan atau jumlah hari pertandingan yang ditambah, Jika penambahan jumlah lapangan membutuhkan scoring digital yang menyebabkan biaya yang tidak sedikit maka yang paling masuk akal adalah penambahan hari pertandingan, hal ini juga dimaksudkan untuk memberikan waktu istirahat kepada wasit sehingga bisa memberikan penilaian yang fair, bukan sekedar penilaian karena sudah terlanjur lelah.

2. Persiapan atlet yang akan bertanding harus lebih ketat, minimal 4 - 5 partai sebelumnya atlet yang akan bertanding sudah siap dipinggir lapangan lengkap dengan peralatan tanding, sehingga jika terjadi KO, atau WO, tidak ada waktu terbuang karena menunggu atlet yang sedang "bersiap - siap"