Rabu, 10 Oktober 2012

Nyobain virtualisasi (VMware vs XenServer vs Proxmox)

Saya nyobain virtualiasi setelah membeli server buat kantor namun agak sulit mendownload software virtualisasinya (tepatnya ribet, mesti login kesana, create account lagi dll). Akhirnya setelah browsing – browsing ketemulah beberapa aplikasi virtualisasi yang bisa digunakan cuma – cuma dan yang lebih penting adalah virtualisasi tersebut bare metal installer, alias diinstall langsung diatas mesin atau berdiri sendiri.

Yang saya coba adalah VMware, XenServer dan juga Proxmox. Semuanya bare metal dan yang paling penting adalah versi free.

Pada saat melakukan percobaan saya punya  : 2 buah server, 2 buah storage, dan tentu saja network untuk menghubungkan semuanya.

Sebelumnya saya sudah menggunakan XenServer untuk beberapa waktu, namun karena ada masalah dengan ipv6 yang bikin windows server jadi hang (yang diinstall diatas XenServer) sehingga saya mencari alternative yang lain.

Semua instalasi menggunakan cd hasil dari burn iso installer.  Instalasi mudah  saja, tinggal next – next, kalau sudah biasa install linux saya kira tidak lagi bermasalah, apalagi segala macam partisi sudah diotomatiskan.

Berikut tulisan yang membandingkan ketiga

XenServer
XenServer yang pertama sekali saya gunakan. Banyak kelebihan dari XenServer yang membuat saya memutuskan menggunakannya untuk pertama kali, namun XenServer juga punya nilai minus. Saya coba tulis (mudah – mudahan masih ingat).
(+)
Untuk konfigurasi XenServer punya aplikasi XenCenter, aplikasi ini menurutku cukup powerfull, bisa mengkonfigurasi macam – macam, mulai dari setting base virtualisasi (yang saya maksud processor, memory yang bisa digunakan, storage, network)
Tersedia fasilitas migration dengan catatan file image dari server yang diinstall pada storage network (seperti nfs).
Remote admin via ssh (XenCenter text based), walau tidak sepowerfull XenCenter windows, namun lumayan bisa merestart server dari aplikasi tersebut
(-)
Pada versi yang saya gunakan bermasalah dengan IPV6 (windows server crash) dan harus direboot setiap crash. Namun sudah ada patch dan versi selanjutnya yang sudah menyelesaikan masalah tsb.
Image disimpan didirektory dengan nama yang tidak jelas (sepertinya menggunakan kode md5 atau semacamnya), ini lumayan membingungkan ketika kita mempunyai banyak virtual server dan ingin mengedit / menghapusnya secara manual.
Lisensi harus diperbarui setiap tahun, kalau lupa XenServernya bakalan mogok.

VMware
VMware adalah yang kedua yang saya coba setelah XenServer. Awalnya VMware yang “memikat” hatiku untuk melakukan virtualisasi, namun setelah server yang saya pesan tiba dan seperti yang saya utarakan diatas kalau untuk software virtualisasinya rada ribet untuk downloadnya akhirnya (angus deh VMware profesionalnya) jadilah XenServer yang lebih dulu saya coba dan akhirnya saya juga download versi free dari VMware.
Hampir sama dengan XenServer, VMware juga punya desktop application untuk mengadmin Virtual Server yang ada di VMware,  sayangnya aplikasi ini tersedia hanya untuk windows.
(+)
Feature yang ada cukup powerfull.
Lokasi directory image terbaca dengan baik oleh manusia (direktorinya sama dengan nama virtual mesin yang dibuat)
Secara default mengaktifkan NIC dengan Gigabit (Xen butuh driver tambahan)
Bisa melakukan kostumasi (penambahan memory, processos, NIC, dll) setelah pembuatan virtual host, sedangkan XenServer hanya dilakukan diawal dan tidak bisa dirubah
 (-)
Hanya bisa diadmin via VMware Client, tidak bisa via remote (ssh) seperti halnya XenServer.
Tidak bisa melakukan migrasi dari server fisik satu ke server fisik lainnya.

Proxmox
Proxmox adalah Virtualisasi yang open source, bisa diperoleh dengan Cuma – Cuma. Setelah mendapatkan iso dari proxmox saya pun mencobanya.
Kesan pertama : Sedikit berbeda. Walaupun ada nilai plus dari hanya menggunakan browser untuk melakukan administrasi dari virtual server yang ada diatas proxmox.
Namun (menurutku) aplikasi untuk mengadmin proxmox agak baru buatku, sehingga saya mencoba untuk mencari dokumentasinya, yang mana membuat saya kecewa karena minimnya dokumentasi dari proxmox. :(.
(+)
Free & Open Source
Managemen virtualisasi hanya dengan browser
Tersedia semua feature dari enterprise virtualisasi seperti live migration, dll
(-)
Membuat banyak folder default (Images, Dump, template, private), seperti juga XenServer direktori virtual mesinnya disimpan dalam format penamaan yang tidak baik untuk manusia
Untuk melakukan live migration membutuhkan trik khusus seperti menggunakan iLO (khusus server HP) atau dengan snmp, sayangnya dokumentasi tentang hal tersebut sangat minim

Berikut tabel perbandingan versi saya hehehe :
Virtual Server
XenServer
VMware
Proxmox
Harga
Free
Free
Free
Open Source
Tidak
Tidak
Ya
Bare Metal Installer
Ya
Ya
Ya
Manage Tools
XenCenter
VMware Client
Via Browser
Manage Tools Platform
Windows & Linux
Windows
Semua Platform yang mempunyai Browser
Migration
Ya
Tidak
Ya
Lisensi
Diperbaharui pertahun
Sekali input
Tidak ada J
Gigabit Support
Via Driver
Default
Tidak sempat coba / perhatikan
Image copy / move
Tidak
Ya
Belum Coba
Manage multiple host di client
Ya
Tidak
Ya
Kostumasi hardware setelah pembuatan image
Tidak
Ya
Tidak


Pilihan saya :
Setelah mencoba ketiganya saya memutuskan menggunakan VMware Free ESXi 5, walaupun saya harus memanage satu  persatu host, namun karena melakukan managemen host tidak kulakukan tiap hari, saya kira masih bisa ditolelir.
Yang menarik menurutku, kita bisa mengaktifkan virtual host dari server yang lain sehingga walaupun tidak “live migration” namun kita bisa tetap menjadikan satu server sebagai server utama dan satulagi sebagai server cadangan kalau – kalau server utamanya rusak secara fisik.
Semua yang saya tuliskan berdasarkan pengalaman pribadi, tidak ada maksud untuk mendukung satu virtual dari yang lain, dan mungkin saja pengamatan saya berbeda dengan apa yang Anda ketahui.

Salam,
Arman Idris

7 komentar:

Razmal Djamal mengatakan...

Mantapp saya baru coba 2 vmaware sama proxmox .. cuman ketemu masalah di Blade X150 nya IBM yitu kecepatan network local dan Publik berbeda.. lebih smooth yang di hubungkan ke ip publik. Belum solve sampai sekrang..

Masalahnya yang paling besar adalah tidak tersedia live migration dalam edisi free ini..

Kayaknya mau balik ke proxmox lagi..

Btw link blog ku di fix dulueee... saya aktif yang blogspot ..

Arman Idris mengatakan...

Hehehe, sesuai kebutuhan sih, jangan sampe hanya untuk bunuh nyamuk mesti pakai meriam. Selama kebutuhan terpenuhi, cukup.

Linknya sudah saya betulin, baru tau kalau sudah ada juga di blogspot, seingatku cuma di wordpress :D

Danni mengatakan...

Saya lagi mau migrasiin 3 server xen dan 1 server proxmox ke vmware. Ada ide tutorial yang bagus yg bisa jadi referensi gak? Thanks.

Arman Idris mengatakan...

@Danni :
Sorry untuk tutorial migrasi saya belum pernah punya, karena sebelumnya belum pernah migrasi ... sorry tidak bisa memberikan solusi.

erhamzah mengatakan...

Mencerahkan , saya lagi mau coba - coba virtualisasi .. thx bro

Anonim mengatakan...

saya ingin mencoba fitur HA failover pada proxmox, mungkin ada yang tau tutorialnya, soalnya ada sedikit kesulitan untuk mencobanya, saya sudah menggunakan NFS sebagai media penyimpanan

Muhammad Mishbah mengatakan...

Terimakasih mas infonya. Bermanfaat sekali untuk saya yang sedang belajar. Salam