Selasa, 19 Februari 2008

Think Linux Way

Linux merupakan sebuah environment yang berbeda, dan datang dari tujuan awal yang berbeda pula sehingga yang dibutuhkan bagi seorang pengguna baru adalah menyesuaikan dengan kondisi linux.
Banyak dari rekan - rekan saya yang mencoba - coba linux, terkesan memaksakan linux berlaku seperti sistem operasi yang mereka juga gunakan. Padahal ada beberapa hal prinsipal yang membedakan linux dengan sistem operasi yang selama ini digunakan.
Saya sendiri menggunakan linux karena mencoba menggunakan sistem yang legal, bahkan yang halalan tayyiban (minjam istilah wong solo), sudah bosan berurusan dengan virus.
Hal - hal yang menurut saya "wajib" dipahami oleh pengguna linux:

README
Saya sangat bersyukur mengenal linux yang masih buruk rupa laksana ulat (saat itu instalasi semua distro masih menggunakan textmode), sehingga walaupun linux sudah bertransformasi menjadi kupu - kupu yang indah hanya merupakan sebuah "bonus". Tapi yang menjadi point paling penting dari setiap lingkungan linux adalah dokumentasi.
Hampir disemua software disertakan dokumentasi instalasi dan penggunaannya, namun karena kebiasaan di sistem lama yang "tidak pernah" menengok help sehingga hal ini menjadi sesuatu yang langka dan aneh untuk dilakukan.
Ingat istilah "Open Source" artinya "kode programnya tersedia", untuk mengubahnya menjadi software yang siap pakai kita harus mengcompilenya. Bagaimana caranya?, hal tersebut sudah ada didokumentasi software yang bersangkutan. Precompiled software memang sangat membantu, namun untuk beberapa kasus, "terpaksa" harus menginstall dari source. Hal ini yang sebisa mungkin "dihindari" oleh pengguna sistem yang populer itu.

Berharap Terlalu Banyak
Beberapa pengguna software terlalu meng"agung"kan suatu software tertentu, walaupun masih menggunakan yang "bajakan", sehingga mengharapkan aplikasi padanan di linux itu berfungsi se"sempurna" software komersil yang mereka bajak. Hal ini tidak ada salahnya, tapi perlu dipahami software komersil dibuat oleh programmer yang digaji sedangkan software opensource bekerja tanpa gaji. Awalnya semua software yang ditulis hanya untuk keperluan pribadi, tapi karena sifatnya yang opensource ada beberapa yang dimodifikasi oleh orang - orang yang lain sehingga menjadi software yang sangat baik.

Memaksakan "Gaya" dari sistem lain
Ibarat pindah ke suatu daerah, selalu ada yang terasa berbeda diawalnya, hanya saja kita yang butuh menyesuaikan dengan kondisi tersebut. Jika sebelumnya begitu keluar ketemu warung, mungkin ditempat yang baru itu mesti jalan beberapa (ratus) meter, atau bukan warung tapi penjual rokok misalnya. Hal ini juga berlaku dengan penggunaan software, jangan karena "belum menemukan" fungsi yang biasa digunakan lantas mengatakan software ini atau software itu jelek. Begitupula dengan beberapa hal instant lainnya, saya beberapa kali mendapat pertanyaan soal instalasi mail server menggunakan qmailrock, begitu saya balik tanya kenapa tidak diinstall satu - satu saja dulu, kan bisa tau kalau ada masalah itu dibagian mana? jawabannya macam - macam namun intinya adalah mencoba memaksakan dengan menggunakan sistem yang instant.

Textmode Phobia
Sepertinya textmode sudah begitu menyeramkan bagi pengguna baru dilinux, mungkin karena ditempat sebelumnya teks mode tidak berhubungan dengan GUI, sehingga penggunaan teksmode ditempat sebelumnya praktis sangat minim atau bisa saja tidak pernah dilakukan. Lain halnya dengan Linux dimana GUI umumnya merupakan versi indah dari command text, satu hal yang sampai saat ini tidak pernah saya lihat di system operasi populer ini adalah, mendengarkan musik dengan teks mode, apalagi menonton file video, padahal hal tersebut adalah biasa di linux. Masih banyak lagi yang lain seperti memburn CD/DVD, setting server dll. Hal ini yang mesti ditekankan apalagi jika bertemu dengan pengguna yang sedikit advance, “Tidak perlu takut di textmode”.

Mudah-mudahan bisa membuka mata para pencoba linux untuk lebih memahami linux, bukan mencoba memaksakan kondisinya ke linux

Tidak ada komentar: